Dewi Keadilan Sedang Berduka
kabarpali.com | Tak menyangka, Advokat Yosep Parera, S.H.,M.H., pendiri Rumah Pancasila dan Klinik Hukum Yosep Parera & Rekan, akhirnya tercebur juga dalam pusaran "sistem sesat" peradilan di negri ini.
Pria yang kerap menyebut dirinya sebagai Seniman Hukum itu, adalah lawyer top di Semarang, Jawa Tengah. Ia juga adalah youtuber yang fokus memproduksi konten edukasi hukum, yang sesungguhnya anti pada penegakan hukum yang "sesat".
Namun, Yosep Parera, ternyata terseret juga. Ia ditetapkan jadi tersangka di kasus suap penanganan perkara di Mahkamah Agung (MA). Ia pun mengklaim jadi korban sistem. Dia menyebut setiap aspek di Indonesia memerlukan uang.
"Inilah sistem yang buruk di negara kita, di mana setiap aspek sampai tingkat atas harus mengeluarkan uang. Salah satu korbannya adalah kita," kata Yosep Parera di Gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Jumat (23/9/2022), dikutip detik.com.
Yosep memastikan, dia bakal menyampaikan semua keterangan yang diketahuinya. Serta, dia mengaku siap menghadapi hukuman yang seberatnya.
"Intinya kami akan buka semua, kami siap menerima hukumannya karena itu ketaatan kami. Kami merasa moralitas kami sangat rendah, kami bersedia dihukum yang seberat-beratnya," imbuh Yosep.
Diketahui, KPK menetapkan sepuluh tersangka terkait suap pengurusan perkara di Mahkamah Agung (MA). Salah satu tersangka kasus tersebut adalah Hakim Agung pada MA yakni Agung Sudrajad Dimyati.
"Berdasarkan hasil keterangan saksi dan bukti-bukti yang cukup, maka penyidik menetapkan sebanyak 10 orang sebagai tersangka," kata Ketua KPK Firli Bahuri dalam konferensi pers di kantornya, Jumat (23/9).
Kultur Sesat
Inilah yang terjadi, ketika hukum hanya akan berpihak pada yang ber-uang. Bagi yang berpunya, hukum akan terkesan tumpul, dan bagi yang papah hukum akan berlaku tajam.
Bilamana ada uang, kebenaran bisa dipermainkan, sesuai pesanan. Yang salah bisa dibenarkan, yang benar bisa disalahkan. Direkayasa sedemikian rupa.
Maka, catur wangsa penegak hukum, tak terkecuali Advokat, yang notabene merupakan pejuang keadilan, akan sangat rentan tercebur dalam pusaran kultur sesat penegakan hukum itu.
Sulit sekali tegak bertahan pada idealisme suci, untuk menegakkan keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum, ketika berada pada deburan ombak komersialisasi dan bisnis jual beli hukum.
Hal itu pun terjadi pada Yosep Parera. Ia yang sedianya keras menentang peradilan sesat, justru terjebak dalam pusaran sistem itu. Maka, demi kepentingan hukum klien, cara haram pun ditempuh. Menyuap hakim guna meraih kemenangan perkara di tingkat MA.
Lalu, bagaimanakah dengan kita. Mampukah kita melawan arus yang deras. Sampaikah kita ke tepian ataukah akan mati tenggelam. Seperti Yosep Parera dkk?
Dewi keadilan sedang berduka.**
Penulis Advokat J. Sadewo, S.H.,M.H. (tinggal di Kab. PALI, Sumsel).