Mahalnya Biaya Hidup di Ibukota PALI, Beli Air saja Sampai Rp1 jutaan per bulan
PALI [kabarpali.com] - Pasca memasuki musim kemarau sejak beberapa bulan lalu, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), khususnya di Kecamatan Talang Ubi alami kekeringan. Masyarakat kesulitan mendapatkan sumber air bersih. Maka membeli merupakan alternatif satu-satunya.
Kontur tanah atau kondisi geografis Kecamatan Talang Ubi, khususnya Pendopo yang merupakan pusat pemerintahan di Kabupaten PALI diketahui berbukit-bukit. Permukaan tanah yang tinggi disertai elemen berbatu napal dan kandungan batubara, membuat masyarakat kesulitan membuat sumur gali. Tak hanya itu, hingga kedalaman 10 meter pun mata air kadang tak juga kunjung bisa ditemukan.
Hal tersebut tentu saja memicu kebutuhan air bersih rumah tangga tak bisa terpenuhi. Belum merata dan intensnya distribusi air dari PDAM, kering atau kotornya sumber-sumber air berupa sungai atau embung, menambah penderitaan warga setempat.
Maka, solusi satu-satunya adalah membeli dari beberapa penjual air bersih. Bagi beberapa warga berpenghasilan menengah ke atas, mahalnya harga air itu tak jadi persoalan, meski bagi keluarga miskin hal ini cukup membuat mereka merasa dilematis.
"Saat musim penghujan, sumur kami biasanya berisi, Pak. Tapi mulai masuk kemarau, airnya habis. Jadi terpaksa beli terus," ungkap Edo, warga Rejosari Talang Ubi, Sabtu (7/10/2023).
Diceritakan Edo, keluarganya yang terdiri dari istri dan dua anak, setiap tiga hari sekali setidaknya butuh 4400 liter air bersih untuk kebutuhan mandi, cuci, masak dan lainnya. Maka per tiga hari ia pun harus membeli air 2 tedmon untuk mengisi penampungan di rumahnya.
"Harga air per tedmon 1200 liter adalah Rp60 ribu, jadi untuk 2 tedmon Rp120 ribu. Airnya diantar ke rumah oleh penjual," imbuhnya.
Dengan demikian, Edo harus mengeluarkan uang sebesar Rp120 ribu per tiga hari, atau Rp960 ribu per bulan hanya untuk membeli kebutuhan dasar berupa air. Sedangkan bagi rumah tangga dengan anggota keluarga yang lebih banyak, tentu kebutuhan airnya juga akan lebih besar.
"Terpaksa, Pak. Meski berat mengeluarkan uang yang lumayan besar setiap bulan. Tapi air harus dipenuhi, karena itu merupakan kebutuhan primer dalam rumah tangga," tukas pria yang bekerja sebagai kontraktor itu.
Terpisah, Rohisa, salah satu warga Talang Ojan pun mengalami nasib yang lebih mengenaskan lagi. Hampir tiap tahun, di kala kemarau ia dan kebanyakan warga lainnya juga mengalami kesusahan air bersih.
Tak ayal, untuk mandi dan mencuci mereka masih menyasar embung penampungan air hujan di kawasan Komplek Pertamina Pendopo. Meski telah nampak kotor, air di sana pun masih menjadi alternatif satu-satunya untuk membersihkan badan dan mencuci pakaian.
"Kalo membeli kami tak mampu, Pak. Jadilah pakai air di embung milik Pertamina," cetusnya, Minggu (8/10/2023).
Berbicara soal harapan, nenek bercucu tiga itu, berharap pemerintah memikirkan solusi agar persoalan berulang setiap tahun itu tidak terjadi lagi. Ia meminta pemerintah dapat membangun sumur bor bervolume besar yang cukup untuk memenuhi kebutuhan warga di kampungnya.
"Pemerintah kan punya uang (anggaran), dengan itu bisa membeli tehnologi dan sarana agar air bersih bisa didapatkan, meski di musim kemarau sekalipun," cetusnya menyampaikan aspirasi.[red]