Lari dari Majapahit, Puyang Raja Bersemayam di Talang Ubi PALI
PALI [kabarpali.com] - Nuansa mistis langsung terasa menyeruak begitu media ini datang bertandang ke pemakaman Puyang Raja, di Talang Puyang, Kelurahan Talang Ubi Barat, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumsel, Rabu (15/5/2024).
Dibersamai oleh Pak Martono Ambon, juru kunci makam itu dan seorang staf Kelurahan Talang Ubi Barat, kami menaiki anak tangga menuju pemakaman yang berada di atas bukit.
Di bagian depan, dua patung harimau berdiri gagah di atas makam seorang hulubalang Puyang Raja, menyambut kami dengan ramah.
Setelah mengucapkan salam, kami pun melepas alas kaki, dan memasuki bangunan dimana Puyang Raja bersemayam beserta tujuh istrinya. Mereka berbaris rapi di sebelah kanan Puyang Raja. Di atas nisan bagian kepala para istrinya itu, terpasang kain berbeda warna dan bermotif renda.
Suasana tengah hari itu cerah namun sejuk. Suara burung berdecit-decit, angin berhembus dari timur ke barat. Usai menabur bunga dan berdoa, kami berbincang dengan Pak Martono, juru kunci sang leluhur, Puyang Raja.
Dikatakan Pak Martono, Puyang Raja adalah leluhur setempat yang telah berada di sana, sejak sekira tahun 1523 Masehi silam. Ia merupakan keluarga raja Majapahit yang berlindung dari peperangan, dengan menyusuri Sungai Penukal.
"Ibu Puyang Raja ini adalah adik dari istri Raden Wijaya, penguasa Majapahit pertama. Ia membawa 7 istri beserta pengawalnya, dan menetap di pesisir aliran Sungai Penukal, di Talang Ubi Barat saat ini," tuturnya.
Selain Puyang Raja, keluarga penguasa Majapahit yang juga berada di sekitar sana adalah Puyang Bungur. Mereka juga punya hubungan pertalian dengan keberadaan Candi Bumi Ayu, di Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten PALI.
"Biasanya bila ada orang yang hendak tawasul ke Puyang Bungur, maka ia lebih dahulu mendatangi Puyang Raja. Karena bila tidak, maka ia tidak akan bertemu dengan makam Puyang Bungur serta sering tersesat," ujar pria sepuh yang pernah menjadi Kades di Talang Ubi Barat itu.
Lazimnya para leluhur dulu, Puyang Raja juga mempunyai kesaktian. Ia diyakini sulit ditemui, dan bisa berpindah tempat dengan cepat. Selain itu ia juga kerap menampakan diri berwujud harimau kumbang.
"Sesekali warga pernah melihat sosok harimau yang berkeliaran di sekitar tempat ini. Biasanya, ada hal-hal yang istimewa akan terjadi. Atau Puyang Raja sedang marah, karena ulah seseorang yang tak baik dilakukan di sekitar tempatnya bersemayam," imbuh Martono.
Sesuai dengan namanya, Puyang Raja juga kerap diziarahi oleh raja-raja (pejabat) zaman sekarang. Mereka berdoa dan memohon hajat pada sang pencipta. Kadangkala mereka datang membawa sesajian berupa hewan hidup untuk dilepas atau yang sudah dimasak, untuk dimakan seusai memanjatkan doa.
"Pengunjung yang sering datang adalah warga Gunung Menang, Sungai Ibul, Sukamaju, Lubuk Linggau, Bengkulu dan ada juga dari Jakarta," terang mantan Pemangku Adat PALI itu.
Sebagai sesepuh yang peduli dan sering memelihara makam-makam para Puyang di Kelurahan Talang Ubi Barat, ia berharap pemerintah dapat membina dan menata persemayaman para leluhur itu. Sehingga makam - makam itu menarik untuk dikunjungi masyarakat sebagai destinasi wisata religi.
"Ini kan bentuk penghormatan pada para leluhur, sebagai bagian dari mengenang sejarah. Juga dianjurkan untuk ziarah pada orang yang sudah wafat, sebagai pengingat kematian. Selain itu, dengan dilestarikannya makam leluhur, adat budaya kita tidak akan hilang ditelan zaman," pungkasnya.[red]