Korban Tewas Ambruknya Ponpes Al Khoziny Bertambah Jadi 52 Orang, Evakuasi Masih Berlanjut
Sidoarjo [kabarpali.com] – Upaya pencarian korban reruntuhan bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, terus dilakukan oleh tim SAR gabungan. Hingga Minggu malam (5/10), jumlah korban meninggal dunia tercatat mencapai 52 orang, termasuk lima kantong jenazah yang berisi bagian tubuh.
Direktur Operasi Basarnas, Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo, menjelaskan bahwa proses evakuasi dilakukan di berbagai titik, mulai dari pintu masuk hingga bagian belakang bangunan. Hingga pukul 21.00 WIB, tim berhasil mengevakuasi tujuh kantong jenazah dari puing-puing. Salah satunya berupa bagian tubuh tanpa kaki kanan yang dievakuasi pada pukul 21.01 WIB. Semua jenazah kemudian dibawa ke RS Bhayangkara Polda Jawa Timur untuk diidentifikasi oleh tim DVI.
Secara keseluruhan, dari 156 korban yang terdata sejak hari pertama operasi, sebanyak 104 orang berhasil diselamatkan, sementara 52 orang dinyatakan meninggal dunia.
Kronologi Kejadian
Peristiwa tragis ini terjadi pada Senin, 29 September 2025, sekitar pukul 15.35 WIB. Saat itu, para santri sedang melaksanakan salat Ashar berjemaah di musala bertingkat pondok. Beberapa santri mengaku sempat merasakan getaran ringan. Pada rakaat kedua, bagian bangunan yang baru dicor runtuh, merembet ke struktur lama, hingga akhirnya seluruh bangunan roboh.
Tak lama setelah kejadian, ambulans, tim Basarnas, BPBD, polisi, dan relawan segera tiba di lokasi. Proses evakuasi awal dilakukan secara manual untuk menghindari risiko runtuhan susulan. Puluhan korban luka langsung dilarikan ke sejumlah rumah sakit, di antaranya RSUD Notopuro yang menerima 34 korban luka di IGD, serta RS Siti Hajar dan RS Delta Surya.
Selain menangani korban luka, tim DVI Polda Jawa Timur melakukan proses identifikasi jenazah dan bagian tubuh yang berhasil ditemukan. Sejumlah jenazah kemudian dipulangkan ke daerah asal, termasuk seorang santri asal Bangka Belitung. Suasana haru menyelimuti keluarga korban yang menunggu di posko informasi maupun rumah sakit.
Menurut pengasuh Ponpes Al Khoziny, bangunan musala tersebut telah mengalami renovasi sejak sembilan hingga sepuluh bulan terakhir. Bagian yang ambruk merupakan lantai atas (dek terakhir) yang baru saja dicor pada hari kejadian. Pekerjaan pengecoran dilakukan sejak pagi dan diperkirakan selesai menjelang siang.
BNPB menegaskan bahwa insiden ini merupakan bentuk kegagalan konstruksi. Struktur bangunan, khususnya pondasi dan tiang, tidak mampu menahan beban tambahan dari pengecoran. Sejumlah pakar teknik sipil juga menyoroti lemahnya pengawasan teknis, minimnya perhitungan beban, serta indikasi pembangunan tanpa izin yang jelas. Faktor-faktor inilah yang dinilai memperparah keruntuhan.
Tragedi runtuhnya bangunan Ponpes Al Khoziny tidak hanya menelan puluhan nyawa, tetapi juga menimbulkan duka mendalam bagi dunia pendidikan Islam di Jawa Timur. Hingga kini, proses evakuasi masih terus berlangsung, sementara pemerintah daerah, aparat, dan relawan bekerja keras untuk memastikan semua korban dapat ditemukan dan diidentifikasi.[red/berbagai sumber]










