Kisah Petani Binaan Pertamina Pendopo : Dulu dicemo’oh, Kini ditiru
PALI [kabarpali.com] – Dua perempuan setengah baya tersenyum ramah, ketika media ini menyambangi mereka di sebuah stand pameran di Lapangan Gelora November, Komplek Pertamina Pendopo (Komperta), Talang Ubi, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Jumat pagi (26/7/2024). Mereka adalah Tarni (52) dan Sumiati (44).
Dua ibu-ibu yang diketahui kerap disapa Bude ini, sedang menjaga barang dagangan mereka yang dipamerkan dalam rangka Festival Sagarurung, event tahunan yang digelar oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kabupaten PALI.
Pada bazzar itu, Bude Tarni dan Sumiati memajang produk kebanggaan mereka di Stand Pertamina, yakni berupa beras putih dan merah organik, kopi pinang, kopi jahe merah, minyak kelapa murni, serta beragam panganan ringan -- hasil olahan mereka sendiri. Produk-produk yang telah dikemas secara modern itu dijejerkan di atas sebuah meja, untuk menarik pengunjung supaya datang.
Kepada media ini, dua perempuan yang mengaku ada keturunan Jawa itu bertutur, bahwa mereka beserta beberapa warga lainnya yang tinggal di kawasan Rejosari dan Sumberjo Kelurahan Talang Ubi Utara, Kecamatan Talang Ubi, merupakan Kelompok Wanita Tani (KWT) yang dibina oleh PT Pertamina Hulu Rokan Zona 4 Pendopo Field sejak 2021 lalu.
“Kelompok kami dinamakan KWT Rosela. Anggotanya ada 25 orang. Sejak 2021 kami dibina oleh Pertamina Pendopo Field, untuk bertanam padi System of Rice Intensification (SRI) organik. Selain disediakan lahan, kami juga dibantu bibit, serta juga di berikan pelatihan dan pendampingan oleh ahlinya yang didatangkan Pertamina dari Bandung, Jabar,” ujar Tarni, penuh kebanggaan.
Pertama mencoba bercocok tanam padi secara organik, Tarni dan Sumiati mengaku kerap jadi bahan cemo’ohan warga lainnya. Karena bertani seperti itu dianggap tidak wajar dan pasti akan gagal. Sebab, mereka tak hanya tidak boleh menggunakan pupuk kimia maupun pestisida, tetapi juga menandur padinya pun harus sistem SRI yakni perlobang satu batang saja.
“Selama tiga tahun pertama, kita memang harus menahan sabar dan sakit hati. Sebab, selain ucapan dari warga lain yang tidak enak di dengar, hasilnya juga belum optimal. Namun selanjutnya hasil panen mulai nampak berhasil dan memuaskan,” imbuh Sumiati menimpali.
Menanam padi organik, tambah Tarni, banyak keuntungannya. Pertama, mereka bisa mengolah pupuk kompos sendiri dari bermacam kotoran hewan, sehingga cukup ekonomis. Selain itu, mereka tidak menggunakan pembasmi hama dari kimiawi. Melainkan menyemprot tanaman memakai mol buah yang di fermentasi.
“Alhasil, karena aroma buah fermentasi yang disemprotkan ke padi. Banyak lebah yang datang, sehingga burung hama pemakan buah padi jadi takut untuk datang. Kita pun tak perlu repot menjaga serangan burung,” urai Tarni dan Sumiati, berseri-seri.
Saat ini, mereka bisa menghasilkan padi dari 25 hektar lahan di Pusat Pemberdayaan Masyarakat Pertamina (PPMP) hingga 8 ton per hektar satu kali panen. Jenis beras yang dihasilkan adalah varietas Ciherang, IR 99, Mentik Susu, Pandang Wangi, Ngaos, dan Padi Hitam. Selain itu, mereka juga bertanam padi jenis beras merah. Selama satu tahun, setidaknya mereka bisa panen hingga 3 kali.
“Untuk pemasarannya, saat ini kami sudah punya banyak pelanggan. Baik dari dalam PALI maupun dari luar PALI. Kalau sudah nyoba makan beras ini. Kami jamin akan membeli lagi. Karena rasanya yang enak dan terasa sehat di tubuh kita,” urai Tarni berpromosi.
Dikatakan nenek yang memiliki 2 cucu ini, harga jual beras organik hasil binaan Pertamina Pendopo Field yang dikelolah KWT Rosela adalah Rp17 ribu / kg untuk beras putih, dan Rp25 ribu / kg beras merah, yang diberi label ‘Beras Sehat PALI’. Namun harga itu direncanakan akan segera naik, seiring produk mereka yang sudah lulus uji lab dan disertifikasi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) Dinas Kesehatan PALI.
“Kalau dulu kami sering dicemo’oh, kini warga lainnya itu justru berbondong-bondong ingin ikut jejak kita. Meniru bertani secara organik ini,” imbuh Tarni dan Sumiati sembari tertawa.
Atas keberhasilan mereka itu. Mewakili KWT Rosela maupun kelompok tani kaum lelakinya yang diberi nama kelompok Rejomulyo, Tarni dan Sumiyati berkali-kali mengucapkan rasa terima kasihnya kepada PT Pertamina Hulu Rokan Zona 4 Pendopo Field, yang telah memfasilitasi dan membina mereka. Berkat Pertamina Pendopo Field, kini ekonomi keluarga mereka perlahan meningkat secara signifikan.
“Selama ini kita tidak tahu cara bertani seperti ini. Sekarang kan jadi tahu, dan manfaatnya sangat luar biasa,” pungkas Tarni dan Sumiati, sumringah.
Komitmen Kembangkan Ekonomi Lokal
Stand pameran yang dijaga oleh Tarni dan Sumiati hari itu, adalah bentuk partisipasi PT Pertamina Hulu Rokan Regional 1 Zona 4 yang beroperasi di Kabupaten PALI, dalam Kegiatan Festival Sagururung untuk memperingati Hari Koperasi Nasional ke-77, dengan menampilkan produk-produk dari mitra binaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), selama tiga hari (25-27 Juli 2024).
Dikatakan Tuti Dwi Patmayanti, Head Of Comrel & CID PHR Zona 4, Pertamina selalu berkomitmen dalam mendukung pengembangan ekonomi lokal dengan memperkenalkan produk-produk mitra binaan di wilayah kerja mereka.
“Sebagai perusahan Hulu Migas, PT Pertamina Hulu Rokan Zona 4 senantiasa terus tumbuh dan berkembang bersama masyarakat, yang tentunya akan memberikan semangat serta mendorong dalam memperkenalkan produk mitra binaan dan meningkatkan perekonomian. Serta agar lebih dikenal di masyarakat,” terang Tuti, pada keterangan tertulis yang diterima media ini, Jumat (26/7/2024).
Adapun tiga lapangan yang berpartisipasi pada kegiatan itu yakni PT Pertamina EP Pendopo Field, PT Pertamina Adera Field, dan PT Pertamina OKRT Field, yang menampilkan berbagai produk seperti beras organik, keripik, bandrek jahe pinang, kopi, mocaf, herbal, dan maggot.**[Joko Sadewo]