Mobil Travel Tua di PALI, Bertahan di Sepanjang Usia
PALI [kabarpali.com] – Di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), kendaraan roda empat atau mobil angkutan masyarakat, yang biasa disebut travel atau taksi, merupakan alternatif moda transportasi untuk menuju tempat tertentu, saat bepergian jauh.
Seiring perkembangan zaman, bentuk dan kecanggihan kendaraan itu juga berganti mengikuti kemajuan dunia otomotif di tanah air. Kondisi infrastruktur jalan yang kian baik, peningkatan ekonomi masyarakat, juga menyokong perubahan kebutuhan akan ketersediaan armada travel atau taksi.
Saat ini, rerata warga PALI telah memiliki kendaraan pribadi berupa mobil maupun motor. dengan demikian, perlahan namun pasti keberadaan armada travel atau taksi juga kian tersisihkan. untuk bepergian jauh, mereka tak lagi harus menunggu dan mencegat taksi atau bahkan harus menyambangi terminal dahulu.
Namun begitu, saat kabarpali.com menyambangi Terminal Pendopo, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten PALI, Jumat (15/3/2024), setidaknya tiga unit travel atau taksi lama masih menunjukkan eksistensinya di sana. Terparkir berjejer, mobil angkutan legendaris itu nampak sedang menunggu penumpang.
Tiga mobil tua yang diproduksi tahun 90’an itu, kondisi body-nya penuh goresan dan berkarat, catnya berwarna kuning dan hijau sudah banyak terkelupas. Dua angkutan penumpang dengan rute Pendopo – Jirak, dan satu lagi rute Pendopo – Talang Akar. Sama dengan usia mobil, ketiga pengemudinya juga adalah lelaki yang telah berusia sepuh.
Diceritakan salah satu pengemudinya, Usni (73), warga Desa Jirak Kecamatan Sungai Keruh MUBA, kendaraan yang ia bawa, telah beroperasi mondar mandiri Pendopo – Jirak, selama lebih dari 20 tahun ini. Meski saat ini tak seramai dahulu, tapi ia masih bertahan dengan profesinya itu.
“Dulu Travel atau Taksi ini masih jadi primadona masyarakat untuk bepergian. Sekarang sudah sepi, Nak. Tak seramai dulu. Sehari kadang ada sedikit penumpang, kadang juga kosong sama sekali,” tuturnya Pakde Usni, sapaannya.
Walau begitu, Pakde Usni tetap survive (bertahan). Menjadi sopir taksi adalah pilihan hidup yang sudah terlanjur ia cintai. Pria beranak empat itu yakin, rezeki sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
“Untuk tarif sekali jalan satu penumpang adalah Rp30 ribu. Kadang ada yang menawar Rp25 ribu juga masih kita ambil. Alhamdulillah mobil ini meski tua tidak sering rusak atau mogok,” cetusnya tersenyum.
Dengan penghasilan yang tidak menentu, bahkan terkadang rugi Bahan Bakar Minyak (BBM), Pakde Usni mengaku istrinya sering mengeluh dan menangis. Apa yang ia rasakan sangat berbeda dengan stigma masyarakat, yang menganggap orang yang memiliki mobil, tingkat kesejahteraannya sudah tinggi.
“Ya, begini-begini saja dari dulu. Mau bagaimana lagi. Kadang ada rezeki kadang nggak ada. Namanya juga kita berusaha,” ujarnya tabah.
Saat Ramadhan dan nanti menjelang hari raya Idul Fitri, pria yang berasal dari Jawa itu berharap berkah di bulan suci. Biasanya banyak warga Desa Jirak yang hendak berbelanja ke Pasar Inpres, yang tak jauh dari Terminal Pendopo. Itu berarti penumpangnya berpotensi bertambah.
“Biasanya banyak juga masyarakat yang membawa kendaraan sendiri, mereka belanja dan dititipkan sama taksi kita, untuk di bawa pulang. Tarifnya bervariasi, tergantung banyak atau sedikit barang yang dititipkan,” tukasnya bersemangat.
Taksi yang dikemudikan Pakde Usni dan kedua sahabatnya, adalah kendaraan legendaris yang turut membersamai historis Kabupaten PALI. Dahulu, mobil antik yang daun jendelanya pun terbuat dari material kayu itu, adalah andalan masyarakat PALI saat bepergian.
Jalanan penuh lumpur, berdebu, banjir, tanjakan maupun turunan, adalah hal biasa bagi mereka. Seiring waktu, kondisi beberapa titik jalan kini sudah relatif bagus, namun dari sisi penghasilan justru menurun drastis. Rasa syukur dan tabah dalam menjalani kehidupan adalah resep Pakde Usni dan kawan-kawannya bertahan. Bersama Taksi legendaris, mereka akan tetap tersenyum.[red]