Wartawan vs Pandemi : Tetap Mengabdi, Meski Terus Mengencangkan Ikat Pinggang

Oleh Redaksi KABARPALI | 30 Juli 2021
Joko Sadewo


Oleh : Joko Sadewo)*
 
 
Gempuran pandemi Covid-19 telah berlangsung hampir 2 tahun ini, sejak mulai menginfeksi umat manusia awal 2020 lalu. Belum jelas kapan kiranya akan berakhir. Sedangkan kita, negri ini, terus dibuat kelimpungan dan gusar karenanya. Kian hari, angka warga yang suspect Covid 19 masih tinggi. Kelaparan mengancam, kematian pun masih mengintai.
 
Semua komponen bangsa dibuat kalang kabut akibat wabah ini. Kesehatan memburuk dan ekonomi pun terpuruk. Serta mengancam kesejahteraan hidup rakyat, di negri yang konon katanya kaya raya, gemah ripah loh jinawi.
 
Kondisi memprihatinkan itu tak terkecuali menerpa pegiat pers, kalangan wartawan. Para pewarta yang diminta terus berkarya dalam kondisi sesulit apapun, demi memastikan informasi valid tetap dapat diakses oleh publik. Tapi, siapa yang peduli mereka?
 
Wartawan atau pers, yang merupakan pilar keempat demokrasi, nasibnya tak sebaik 3 pilar demokrasi lain: Eksekutif, legislatif dan yudikatif. Mereka dijamin negara kesejahteraannya. Sedangkan wartawan, harus memikirkan sendiri periuk nasi, di tengah kesibukan memproduksi informasi untuk bangsa.
 
Di saat negara menyiapkan anggaran yang fantastis untuk penanggulangan dan pencegahan wabah, mengucurkan bantuan sosial bagi warga miskin terdampak, bahkan ketika politisi dan selebritis menyantuni para tukang ojek, wartawan melalui medianya tetap memberitakan. Padahal, kondisi kesejahteraan mereka pun tak jelas pula.
 
Keadaan memprihatinkan itu tak hanya dialami oleh wartawan yang notabene sebagai ujung tombak informasi di lapangan. Pemilik media pun, kecuali media raksasa berskala nasional, dibuat kelimpungan dilanda wabah. Jangankan mau menjamin kesejahteraan wartawannya, untuk mempertahankan eksistensi medianya pun, bukanlah perkara yang mudah.
 
Sebab, belanja iklan dari para mitra mulai langka, bahkan mereka cenderung mengalihkan anggarannya untuk kebutuhan lain, yang katanya lebih urgent. Tetapi, tetap menuntut media dan wartawan, agar mensupport mereka dengan pemberitaan yang terus berkesinambungan. Wah, mulia sekali ya, tugas wartawan!
 
Di tengah kesulitan wartawan pada ancaman stok beras yang menipis, susu anak yang hampir habis, atau resiko tertular Covid 19, lalu nyawa pun melayang, semestinya pemerintah turun tangan. Alih-alih memindahkan anggaran publikasi pada pos pengeluaran lain, justru harus ada semacam tambahan alokasi anggaran khusus. Sebab, wartawan bukanlah robot atau manusia super!
 
Saat ini, wartawan diberi tugas berat sebagai garda terdepan dalam menjernihkan informasi yang keruh, menangkal hoax, dan utamanya membantu pemerintah menyebarkan motivasi positif, agar semua elemen bangsa segera bangkit dari pandemi.
 
Lalu, bagaimana mungkin informasi itu bisa objektif disajikan, jika mereka terus asyik mengencangkan ikat pinggang? Kerjasama itu hendaknya bisa bersifat simbiose mutualisme. Saling menguntungkan semua pihak. Jika Pers sebagai pilar keempat mulai limbung lalu tumbang. Ini bisa jadi pertanda, akan robohnya ruang demokrasi di negri ini?
 
)* penulis adalah wartawan yang bertugas di Kabupaten PALI, Sumsel.
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 

BERITA LAINNYA

59916 Kali9 Elemen Jurnalisme Plus Elemen ke-10 dari Bill Kovach

ADA sejumlah prinsip dalam jurnalisme, yang sepatutnya menjadi pegangan setiap [...]

25 Maret 2021

31819 KaliHore! Honorer Lulusan SMA Bisa Ikut Seleksi PPPK 2024

Kabarpali.com - Informasi menarik dan angin segar datang dari Kementerian [...]

09 Januari 2024

21462 KaliIni Dasar Hukum Kenapa Pemborong Harus Pasang Papan Proyek

PEMBANGUNAN infrastruktur fisik di era reformasi dan otonomi daerah dewasa ini [...]

30 Juli 2019

20938 KaliWarga PALI Heboh, ditemukan Bekas Jejak Kaki Berukuran Raksasa

Penukal [kabarpali.com] – Warga Desa Babat Kecamatan Penukal [...]

18 Agustus 2020

19882 KaliFenomena Apa? Puluhan Gajah Liar di PALI Mulai Turun ke Jalan

PALI [kabarpali.com] - Ulah sekumpulan satwa bertubuh besar mendadak [...]

15 Desember 2019
Oleh : Joko Sadewo)*
 
 
Gempuran pandemi Covid-19 telah berlangsung hampir 2 tahun ini, sejak mulai menginfeksi umat manusia awal 2020 lalu. Belum jelas kapan kiranya akan berakhir. Sedangkan kita, negri ini, terus dibuat kelimpungan dan gusar karenanya. Kian hari, angka warga yang suspect Covid 19 masih tinggi. Kelaparan mengancam, kematian pun masih mengintai.
 
Semua komponen bangsa dibuat kalang kabut akibat wabah ini. Kesehatan memburuk dan ekonomi pun terpuruk. Serta mengancam kesejahteraan hidup rakyat, di negri yang konon katanya kaya raya, gemah ripah loh jinawi.
 
Kondisi memprihatinkan itu tak terkecuali menerpa pegiat pers, kalangan wartawan. Para pewarta yang diminta terus berkarya dalam kondisi sesulit apapun, demi memastikan informasi valid tetap dapat diakses oleh publik. Tapi, siapa yang peduli mereka?
 
Wartawan atau pers, yang merupakan pilar keempat demokrasi, nasibnya tak sebaik 3 pilar demokrasi lain: Eksekutif, legislatif dan yudikatif. Mereka dijamin negara kesejahteraannya. Sedangkan wartawan, harus memikirkan sendiri periuk nasi, di tengah kesibukan memproduksi informasi untuk bangsa.
 
Di saat negara menyiapkan anggaran yang fantastis untuk penanggulangan dan pencegahan wabah, mengucurkan bantuan sosial bagi warga miskin terdampak, bahkan ketika politisi dan selebritis menyantuni para tukang ojek, wartawan melalui medianya tetap memberitakan. Padahal, kondisi kesejahteraan mereka pun tak jelas pula.
 
Keadaan memprihatinkan itu tak hanya dialami oleh wartawan yang notabene sebagai ujung tombak informasi di lapangan. Pemilik media pun, kecuali media raksasa berskala nasional, dibuat kelimpungan dilanda wabah. Jangankan mau menjamin kesejahteraan wartawannya, untuk mempertahankan eksistensi medianya pun, bukanlah perkara yang mudah.
 
Sebab, belanja iklan dari para mitra mulai langka, bahkan mereka cenderung mengalihkan anggarannya untuk kebutuhan lain, yang katanya lebih urgent. Tetapi, tetap menuntut media dan wartawan, agar mensupport mereka dengan pemberitaan yang terus berkesinambungan. Wah, mulia sekali ya, tugas wartawan!
 
Di tengah kesulitan wartawan pada ancaman stok beras yang menipis, susu anak yang hampir habis, atau resiko tertular Covid 19, lalu nyawa pun melayang, semestinya pemerintah turun tangan. Alih-alih memindahkan anggaran publikasi pada pos pengeluaran lain, justru harus ada semacam tambahan alokasi anggaran khusus. Sebab, wartawan bukanlah robot atau manusia super!
 
Saat ini, wartawan diberi tugas berat sebagai garda terdepan dalam menjernihkan informasi yang keruh, menangkal hoax, dan utamanya membantu pemerintah menyebarkan motivasi positif, agar semua elemen bangsa segera bangkit dari pandemi.
 
Lalu, bagaimana mungkin informasi itu bisa objektif disajikan, jika mereka terus asyik mengencangkan ikat pinggang? Kerjasama itu hendaknya bisa bersifat simbiose mutualisme. Saling menguntungkan semua pihak. Jika Pers sebagai pilar keempat mulai limbung lalu tumbang. Ini bisa jadi pertanda, akan robohnya ruang demokrasi di negri ini?
 
)* penulis adalah wartawan yang bertugas di Kabupaten PALI, Sumsel.
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 

BERITA TERKAIT

Mengenal “Silent Voters” dan “Silent Influencer” pada Pilkada PALI 2024

20 November 2024 1224

ISTILAH Silent Voters dan Silent Influencer mungkin belum terlalu populer di [...]

Gegara Listrik dan Sinyal, Guru di PALI Ngungsi ke Luar Daerah. Ada Apa?

20 Oktober 2024 904

PALI [kabarpali.com] - Gegara listrik yang sering padam dan sinyal yang hilang, [...]

FGD yang digagas Disdik PALI dianggap Merendahkan Wartawan, Insan Pers Marah Besar

17 Oktober 2024 1006

PALI [kabarpali.com] - Sejumlah organisasi wartawan di Kabupaten PALI, termasuk [...]

close button