Pertunjukan Politik Jelang Pilkada PALI 2020 (part 2)
Opini : J. Sadewo, S.H*)
DINAMIKA perpolitikan di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) menjelang kontestasi Pilkada serentak 2020, kian seru. Beragam kemungkinan yang telah membuat banyak pihak harap-harap cemas, ternyata meleset atau bahkan justru terjadi secara tepat. Semua terjawab seiring waktu, menuju hajatan demokrasi, 9 Desember 2020.
Pada perkembangannya, kini sang petahana, H Heri Amalindo tak malu-malu lagi menampilkan kemesraan di muka publik dengan calon mempelainya, Drs H Soemarjono. Dengan demikian, misteri pendamping jagoan yang bakal diusung oleh Gerindra, PKS, PBB, PPP dan Nasdem itu terjawab sudah. Hal itu ditegaskan pula dari nama mereka yang tertulis pada SK rekomendasi beberapa partai pengusung tersebut.
Pakde, demikian panggilan akrab Soemarjono, merupakan kader PDIP tulen. Kini ia berteduh di bawah partai lambang beringin, Golkar. Ia hengkang dari PDIP, ditenggarai karena tidak mendapat restu dari partai besutan Megawati Soekarnoputri itu, untuk mendampingi Heri Amalindo.
PDIP disebut-sebut hendak mempasangkan Heri Amalindo dengan Yudha Rinaldi, Bendahara PDIP Provinsi Sumsel. Tentu saja, basis massa Yudha yang tak jelas di PALI, membuat Heri sungkan untuk menerima perjodohan tersebut.
Masih menjadi teka-teki, justru Golkar yang hingga kini belum kunjung memamerkan SK rekomendasinya. Pernyataan dukungan baru disampaikan oleh Ketua DPD Provinsi Sumsel, Dodi Reza Alex Noerdin saja. Ia menegaskan bahwa Golkar 99% mengusung petahana, H Heri Amalindo dan Pakde Soemarjono.
Misteri SK rekomendasi dari Golkar itu, juga terjadi pada PDIP. Desas desus yang santer terdengar, partai banteng moncong putih bakal membentuk koalisi poros baru. Untuk itu, mereka mengaku sudah menyiapkan kader terbaiknya untuk maju sebagai bakal calon bupati PALI.
“Itu (membentuk poros baru) adalah bagian dari kemungkinan yang bisa saja terjadi. Dan kita tetap dalam satu komando DPP. Selaku petugas partai, maka perintah partai wajib kita jalankan. Pada waktunya nanti, rekomendasi pasti kita sampaikan/umumkan ke publik,” jelas Sekretaris PDIP PALI, Ardani, Minggu (16/8/2020).
Sementara itu, di pihak penantang, kegembiraan tergambar dari para pendukung dan simpatisan Devi Harianto SH MH – H Darmadi Suhaimi SH. Melalui media sosial mereka bersukacita memposting foto sang jagoan bersama dedengkot Partai Amanat Nasional (PAN), Hatta Rajasa, lengkap dengan SK rekomendasi di tangan.
Ya, SK rekomendasi dari partai berlambang matahari itu memang sempat membingungkan khalayak. Sebab, pihak petahana mengklaim bahwa mereka yang telah berhasil membuat PAN jatuh cinta dengan menorehkan tandatangan Ketua Umum, Zulkifli Hasan dan Sekjennya, pada SK Rekomendasi untuk H Heri Amalindo – Drs H Soemarjono, pada 31 Maret 2020 lalu.
Namun, seiring kandasnya ekspektasi mantan Ketua DPD Golkar PALI, Irwan ST, mendampingi Devi Harianto dan lalu muncullah nama Sekretaris PAN PALI, Darmadi Suhaimi sebagai penggantinya, sontak partai yang didirikan oleh Amien Rais itu disebut mengalihkan dukungan pada kadernya sendiri.
Kini, Devi Harianto – Darmadi Suhaimi mengklaim telah mengantongi restu dari PAN. Maka sesuai dengan PKPU Nomor 1 Tahun 2020, yakni syarat minimal dukungan 5 kursi partai di DPRD PALI tercapai sudah. Hingga saat ini mereka telah memegang SK Rekomendasi dari Demokrat (3 kursi), Hanura (1 kursi) dan PAN (2 kursi).
Melihat beberapa partai yang belum merilis SK usungannya, lalu mungkinkah akan ada koalisi baru untuk menjadi penantang Heri-Soemarjono dan Devi-Darmadi? Atau karena harapan melawan kotak kosong yang berpotensi gagal total, mungkinkah incumbent membentuk paslon ‘boneka’ untuk ‘memecah’ suara sang penantang Devi-Darmadi? Semua kemungkinan itu bisa saja terjadi.
Menebak-nebak jika poros baru benar terbentuk, maka kemungkinan koalisi tersebut terdiri dari PDIP (4 kursi) dan Golkar (3 kursi), dan atau dengan Perindo (2 kursi). Perindo juga belum terlihat merilis SK rekomendasi mereka. Meski arahnya santer disebut ke arah petahana.
Lalu siapakah tokoh atau kader yang paling memungkinkan untuk menyaingi pamor kedua bakal paslon yang hampir dipastikan mendaftar ke KPU itu? Tentu, jika tujuannya untuk menyaingi paslon Heri-Soemarjono dan Devi-Darmadi, sang kandidat haruslah memiliki elektabilitas yang melampaui kedua paslon itu.
Namun, jika tujuannya hanya sekedar ‘memecah’ suara Devi-Darmadi, maka kandidat paslon haruslah lebih familiar atau minimal sama berpeluang untuk sekedar menjadi alternatif pilihan selain memilih Devi-Darmadi. Resikonya tentu saja besar, karena meleset sedikit, paslon itu justru bisa jadi boomerang bagi petahana.
Banyak kemungkinan, banyak peluang dan banyak resiko. Begitulah politik. Lets wait and see![*) penulis adalah pemimpin redaksi kabarpali.com / pengamat politik lokal]