Nasib Petani PALI, Sehabis 'Nugal' dan Tanam Balam Tak Kunjung Hujan

Oleh Redaksi KABARPALI | 30 Oktober 2024


PALI [kabarpali.com] - Para petani atau pekebun di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) mengeluhkan cuaca panas akhir-akhir ini. Tak hanya itu, hujan yang diharapkan segera turun, ternyata tak kunjung juga datang.

Hal itu membuat mereka resah, sebab musim nugal (menyemai benih) padi ladang serta menanam bibit balam (karet) baru saja selesai dilakukan. Cuaca kering mengancam tanaman jadi gersang dan mati.

"Sudah lebih dari sepuluh hari tak turun hujan. Mana lagi cuaca terasa sangat panas sepekan ini, bisa membuat tanaman kami layu dan mati," keluh Sairi, petani di Kecamatan Penukal, Rabu (30/10/2024).

Akibatnya, tak banyak yang bisa dilakukan pria berusia 50 tahun itu. Sesekali ia menimbah air dari sumur di sekitar ladangnya, untuk menyiram tanaman yang terlanjur di semai. Meski begitu, tanaman yang banyak jumlahnya tak semua disiram.

"Harapan kami, semoga saja hujan segera turun. Karena seharusnya memang ini sudah musim penghujan. Tapi entah mengapa kok seperti kembali kemarau?" cetusnya.

Cuaca di Kabupaten PALI beberapa hari terakhir mengalami panas yang tak seperti biasanya. Suhu terpantau mencapai 38' celcius pada siang hari, dan 36' pada malam hari.

Suhu panas ini terjadi karena gerak semu matahari yang sedang berada di belahan bumi selatan (BBS). Dari pantauan beberapa parameter dinamika atmosfer terkini, sampai 29 Oktober 2024 secara umum sebagian besar wilayah Sumsel mengalami terik khususnya pagi hingga menjelang siang hari.

Kepala Stasiun Klimatologi Kelas 1 Sumsel Wandayantolis mengatakan, berdasarkan pemantauan terkini, hampir keseluruhan wilayah di Sumsel telah memasuki musim hujan sejak pertengahan Oktober.

Hujan yang terjadi masih belum merata dan belum bisa membasahi wilayah yang kering karena kemarau sebelumya.

Pada saat ini, monsun baratan yang merupakan pemicu musim hujan dalam kondisi melemah terkait adanya siklon tropis di bagian utara Indonesia.

Dampaknya massa udara yang seharusnya mendorong pembentukan hujan di wilayah Sumsel ditarik menuju pusat Siklon Tropis. Hal ini memicu terjadinya jeda hujan atau dry spell di Sumsel berupa terhentinya hari hujan.

"Ketiadaan awan-awan hujan selama jeda hujan ini kemudian menyebabkan radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi menjadi lebih tinggi. Di samping itu, minimnya uap air di udara terkait jeda hujan tersebut menyebabkan juga berkurangnya faktor yang dapat menyerap panas dari radiasi datang matahari," jelasnya.[red]

BERITA LAINNYA

58833 Kali9 Elemen Jurnalisme Plus Elemen ke-10 dari Bill Kovach

ADA sejumlah prinsip dalam jurnalisme, yang sepatutnya menjadi pegangan setiap [...]

25 Maret 2021

30890 KaliHore! Honorer Lulusan SMA Bisa Ikut Seleksi PPPK 2024

Kabarpali.com - Informasi menarik dan angin segar datang dari Kementerian [...]

09 Januari 2024

21133 KaliIni Dasar Hukum Kenapa Pemborong Harus Pasang Papan Proyek

PEMBANGUNAN infrastruktur fisik di era reformasi dan otonomi daerah dewasa ini [...]

30 Juli 2019

20757 KaliWarga PALI Heboh, ditemukan Bekas Jejak Kaki Berukuran Raksasa

Penukal [kabarpali.com] – Warga Desa Babat Kecamatan Penukal [...]

18 Agustus 2020

19664 KaliFenomena Apa? Puluhan Gajah Liar di PALI Mulai Turun ke Jalan

PALI [kabarpali.com] - Ulah sekumpulan satwa bertubuh besar mendadak [...]

15 Desember 2019

PALI [kabarpali.com] - Para petani atau pekebun di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) mengeluhkan cuaca panas akhir-akhir ini. Tak hanya itu, hujan yang diharapkan segera turun, ternyata tak kunjung juga datang.

Hal itu membuat mereka resah, sebab musim nugal (menyemai benih) padi ladang serta menanam bibit balam (karet) baru saja selesai dilakukan. Cuaca kering mengancam tanaman jadi gersang dan mati.

"Sudah lebih dari sepuluh hari tak turun hujan. Mana lagi cuaca terasa sangat panas sepekan ini, bisa membuat tanaman kami layu dan mati," keluh Sairi, petani di Kecamatan Penukal, Rabu (30/10/2024).

Akibatnya, tak banyak yang bisa dilakukan pria berusia 50 tahun itu. Sesekali ia menimbah air dari sumur di sekitar ladangnya, untuk menyiram tanaman yang terlanjur di semai. Meski begitu, tanaman yang banyak jumlahnya tak semua disiram.

"Harapan kami, semoga saja hujan segera turun. Karena seharusnya memang ini sudah musim penghujan. Tapi entah mengapa kok seperti kembali kemarau?" cetusnya.

Cuaca di Kabupaten PALI beberapa hari terakhir mengalami panas yang tak seperti biasanya. Suhu terpantau mencapai 38' celcius pada siang hari, dan 36' pada malam hari.

Suhu panas ini terjadi karena gerak semu matahari yang sedang berada di belahan bumi selatan (BBS). Dari pantauan beberapa parameter dinamika atmosfer terkini, sampai 29 Oktober 2024 secara umum sebagian besar wilayah Sumsel mengalami terik khususnya pagi hingga menjelang siang hari.

Kepala Stasiun Klimatologi Kelas 1 Sumsel Wandayantolis mengatakan, berdasarkan pemantauan terkini, hampir keseluruhan wilayah di Sumsel telah memasuki musim hujan sejak pertengahan Oktober.

Hujan yang terjadi masih belum merata dan belum bisa membasahi wilayah yang kering karena kemarau sebelumya.

Pada saat ini, monsun baratan yang merupakan pemicu musim hujan dalam kondisi melemah terkait adanya siklon tropis di bagian utara Indonesia.

Dampaknya massa udara yang seharusnya mendorong pembentukan hujan di wilayah Sumsel ditarik menuju pusat Siklon Tropis. Hal ini memicu terjadinya jeda hujan atau dry spell di Sumsel berupa terhentinya hari hujan.

"Ketiadaan awan-awan hujan selama jeda hujan ini kemudian menyebabkan radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi menjadi lebih tinggi. Di samping itu, minimnya uap air di udara terkait jeda hujan tersebut menyebabkan juga berkurangnya faktor yang dapat menyerap panas dari radiasi datang matahari," jelasnya.[red]

BERITA TERKAIT

Polisi Grebek APMS di Penukal, Pembeli "Drigenan" Kena Ciduk?

07 November 2024 1043

  PALI [kabarpali.com] – Sebuah Agen Premium dan Minyak Solar [...]

Dampak Buruk Penggunaan Dinamit dalam Survei Seismik 3D

06 November 2024 211

Penggunaan dinamit dalam survei seismik 3D, yang umum dalam industri minyak, [...]

PT Sriwijaya Tansri Energi diduga Cemari Lingkungan, DPRD PALI Akan Tuntut Tanggung Jawab Perusahaan

06 November 2024 395

PALI [kabarpali.com] - Kasus pencemaran lingkungan diduga terjadi di kawasan [...]

close button